Warek 3 IAIN Kendari Minta Mahasantri Hargai Kearifan Lokal Pada Sarasehan Moderasi Beragama

UPT Ma’had Al-Jami’ah IAIN Kendari menggelar kegiatan Tarqiyah Syakhsiyah dengan sesi Sarasehan yang membahas dan mendiskusikan Moderasi Beragama, Kamis (16/3). Pada kesempatan hari ini, topik diskusi yang diangkat adalah Menjunjung Nilai Agama, Menghargai Norma Kearifan Lokal.

Gelaran sarasehan moderasi beragama oleh Ma’had Al-Jami’ah

Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 60an orang Mahasantri yang berasal dari berbagai latar belakang program studi. Tidak hanya Mahasantri, Musyrifah dan Mudabbirah dan pengurus Jam’iyah Tholabah juga ikut hadir. Narasumber pada sesi tersebut adalah Dr. H. Herman, M.Pd.I. selaku Warek 3 IAIN Kendari yang juga menjabat Wakil Ketua 3 Rumah Moderasi.

Sarasehan bertujuan memberikan wadah diskusi isu-isu terkini.

Diskusi yang direncanakan berseri hingga 5 (lima) sesi ini digelar di pelataran Ma’had Al-Jami’ah IAIN Kendari. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun semangat moderasi beragama dan toleransi antar umat beragama. Mahasantri, secara khusus, diharapkan menjadi agen yang membudayakan serta mengarusutamakan pemahaman moderasi beragama kepada masyarakat.

Mahasantri menyimak bahasan Narasumber

Dalam bahasannya, Dr. H. Herman berpesan agar Mahasantri mampu menjunjung nilai agama dan menghormati kearifan lokal yang ada di masyarakat, terutama di wilayah Sulawesi Tenggara. Menurutnya, hal tersebut sangat penting untuk menjaga keutuhan masyarakat dan menjaga kerukunan yang ada. Jangan sampai ada itikad yang mencoba menjadikan nilai-nilai kearifan lokal sebagai anti tesis nilai-nilai Al-Qur’an.

Kita harus bisa menjunjung nilai agama, baik itu agama kita sendiri maupun agama lain. Selain itu, kita juga harus bisa menghargai semua norma atau kearifan lokal yang ada di masyarakat. Sulawesi Tenggara ini punya khazanah kearifan lokal yang perlu kita jaga dan lestarikan.”

Dr. H. Herman, M.Pd.I.

Selain itu, UPT Ma’had Al-Jami’ah IAIN Kendari juga akan menggelar kegiatan sejenis hingga pekan depan. Kegiatan ini pun juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan kembali perdamaian dan toleransi di masyarakat, terutama di antara berbagai kalangan yang tergabung dalam satu umat.

Mahasantri peserta diskusi juga berasal dari beragam latar belakang budaya

Menutup materi dan sesi diskusi, Dr. H. Herman menegaskan pernyataan bahwa perbedaan di dalam beragama adalah hal yang wajar dan perlu diperlakukan dengan toleransi yang tinggi, serta berbagai nilai-nilai yang berlaku di masyarakat termasuk nilai agama dan nilai budaya harus ditekankan dan dijunjung tinggi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *