Ramadhan: Momentum Menuju Khairu Ummah

Ahad, 09 Mei 2021. Nina Ayunia Salbiyah.

SIMAK episode kali ini dibawakan oleh Dr. H. Muh. Ikhsan, M.Ag. Beliau merupakan salah satu dosen IAIN Kendari sekaligus Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwa dengan tema “Ramadhan: Momentum Menuju Khairu Ummah” .

Sebagian umat islam zaman sekarang sering memahami bahwa umat Islam apapun kondisinya dan bagaimanapun perilakunya tetap saja menjadi satu-satunya penyandang predikat umat terbaik di muka bumi, tidak dapat tergantikan oleh umat lain, dan tidak terkalahkan umat lain. Predikat khaira ummah adalah hak milik mutlak umat islam, bukan umat lain. Pemahaman semacam ini adalah benar, namun rawan dihinggapi keterlenaan karena terlalu sibuk diliputi perasaan membanggakan diri. Tanpa disadari ternyata masih terbelakang karena kurang mampu mengimplementasikan prestasi ibadah yang menjadi syarat pokok memperoleh predikat khaira ummah yaitu eksis di hadapan manusia, selalu menyuruh kepada ma`ruf, mencegah dari munkar, dilandasi keimanan dalam pergaulan dunia masa modern ini.

Khairu ummah bisa menjadi prestasi gemilang bagi umat Islam sebagaimana tergambar dalam ayat Allah diatas, apabila karakteristik khairu ummah terpenuhi. Setidaknya ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi yaitu amar ma’ruf, nahi mungkar dan beriman kepada Allah. Dikatakan dalam sebuah hadits apabila ingin menjadi sebaik baik umat terbaik perlu memenuhi beberapa kriteria atau persyaratan yaitu:

Amar Ma’ruf   

Pertama, senantiasa menyuruh kepada yang ma’ruf. Ma’ruf ialah nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari Alqur’an dan sunnah. Ma’ruf, tolok ukurnya adalah syari’ah. Baik dan buruk, benar dan salah, harus merujuk kepada nilai-nilai Ilahi. Menyuruh kepada yang ma’ruf, menegakkan nilai-nilai Ilahi dalam kehidupan, itulah salah satu karakteristik khairu ummah.

Anjuran berbuat baik tidak hanya untuk sesama Muslim, tapi juga non-Muslim. Meskipun berbeda agama, tidak ada larangan dalam Islam menyuruh non-Muslim berbuat baik. Begitu juga anjuran untuk mencegah kemungkaran. Siapa pun, baik Muslim atau non-Muslim, jika ia melakukan kezaliman, baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat, harus dicegah sesuai dengan kemampuan. Inilah syarat pertama yang harus terpenuhi jika umat Islam ingin tampil sebagai umat terbaik.

Nahi Mungkar

Kedua, selalu berupaya mencegah kemungkaran. Mungkar, sesuatu yang asing, bertentangan dan ditolak oleh syari’ah. Segala sikap, perilaku dan nilai yang tidak selaras dengan nilai-nilai Islam. Nahi mungkar dan amar ma’ruf, adalah dua hal yang senafas, karena tidaklah mungkin menyeru kepada kebaikan tanpa diiringi dengan usaha mencegah kemungkaran.

Amar ma’ruf dan nahi mungkar, adalah pagar yang melindungi bangunan Islam, demikian syaikh Sa’id Hawwa menggambarkan posisinya dalam bangunan keutuhan Islam. Jika umat Islam sudah beramar ma’ruf dan bernahi mungkar dengan benar serta nilai-nilai Islam memancar dalam tingkah laku dan perbuatan mereka karena menjadikan Islam sebagai konsep hidup, maka insya Allah umat Islam akan menjadi khairu ummah.

Beriman Kepada Allah SWT

Dan semua itu, dibingkai dan dilandasi dengan keimanan kepada Allah. Ini menjadi karakteristik ketiga khairu ummah. Landasan inilah yang mengikat aktifitas amar ma’ruf nahi mungkar. Tanpa iman, seruan kepada kebaikan adalah hampa dan tanpa nilai. Bilapun memiliki nilai, sangatlah rendah dan dangkal, karena seruan itu berlandaskan pada nilai-nilai duniawi dan materi. Begitupula apabila nahi mungkar tidak diikat oleh keimanan, ia bisa menjadi ajang balas dendam, pelampiasan kebencian dan kedengkian. Menghapus kedzaliman harus dengan keadilan. Kedzaliman tidak bisa lenyap dengan kedzaliman.

Umat Islam akan tampil sebagai umat terbaik, jika keimanan kepada Allah tidak hanya terjelma dalam bentuk ritual semata, tapi juga menjadi konsep hidup, baik hubungan individual maupun sosial mulai dari lingkup keluarga sampai masyarakat, baik lokal, regional maupun internasional. Konsep yang diajarkan Islam dalam hidup bersama adalah berbuat baik terhadap orang lain, bukan menyakiti. “… Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,” (QS. al-Qashash 28: 77).

Itulah tiga karakteristik khairu ummah. Apabila kita melihat ketidaksesuaian realita umat dengan kondisi ideal tersebut, saatnya kita bertanya, sudahkah ketiga kondisi itu menjadi karakter diri, keluarga dan masyarakat kita? Saatnya kita memperbaiki diri dan menyeru sesama. Ashlih nafsaka wad’u ghairaka!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *