Kitab Ta’lim Muta’allim: Tertib dalam Belajar oleh Ustadzah Ira Trisnawati, M.Ag.

Ahad, 08 Agustus 2021. Nina Ayunia Salbiyah

Seyogyanya seseorang yang menuntut ilmu selain untuk menjadi yang terbaik yang nomor satu tetapi menjadi bermanfaat bagi orang lainnya.

Dalam Ushul Fiqih angan-angan menjadi dasar ketika orang akan munazaroh/berdiskusi. Misalnya “seandainya saya menjadi murid terpintar di kelas tapi tidak berusaha”

Pokok akal adalah apabila kita berbicara itu disertai pelan-pelan dan hati-hati apakah sesuatu yang diucapkan itu sudah benar atau tidak benar, apakah cara menyampaikan pertanyaan sudah sopan atau tidak sopan ataukah sesuai dengan materi atau tidak sesuai.

Ada beberapa wasiat dikatakan bahwa terdapat 5 kriteria dalam berbicara:

  1. Sebab-sebab prmbicaraan
  2. Waktu berbicara
  3. Cara berbicara
  4. Bilangan/panjang pendeknya pembicaraan
  5. Tempat berbicara

Maka dari itu, orang yang mencari ilmu seharusnya dalam segala waktu dan keadaan yang berfaedah. Hakikatnya sesuatu hal itu bisa dijadikan pelajaranbaru atau ilmu baru. Rasulullah SAW bersabda “Hikmah adalah hilangnya benda orang mukmin”. Ketika benda orang mukmin hilang dimanapun itu bisa diambil, adakalanya jika kita mendapatkan kesusahan bisa ditinggal dulu. Jika kita merasa ilmu yang kita miliki belum sampai, adakalanya kita harus bertanya kepada mereka yang lebih paham. Diceritakan Syeikh Abu Yusuf ditanya “dengan apa kamu menuntut ilmu ?”, “bagaimana kamu mencari ilmu ?”, Abu Yususf menjawab “Saya tidak malu untuk bertanya”.

jika kita memiliki harta maka kita harus menjaga harta tersebut sedangkan jika kita memiliki ilmu maka ilmu itu yang akan menjaga kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *